Mungkin hari ini adalah bukan hari keberuntungan saya,
kesal, bingung dan sedih terus menyelimuti hati ini, rasanya enggan untuk
berbuat sesuatu meskipun untuk mengembangkan sebuah senyuman. Namun ketika saya
terdiam, tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah buku yang tergeletak di kamar,
inilah buku yang selalu menjadi motivasi bagi saya, La Tahzan karangan Dr.
‘Aidh al-Qarni, jemari saya terus menelusuri halaman demi halaman hingga
sampailah saya pada judul TERSENYUMLAH.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa muram durja dan muka masam adalah cerminan
jiwa yang galau, pikiran yang kacau, dan kepala yang rancau balau. Sebaliknya,
Jiwa seseorang yang murah senyum justru akan menikmati kesulitan itu dengan
mamacu diri untuk mengalahkannya. Dalam Faidul Kathir, Ahmad Amin menjelaskan
demikian : “Orang yang mudah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja
orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang
yang paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab,
orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta
orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya
sendiri dan orang lain.”
Dalam buku tersebut juga terdapat perkataan yang
membuat saya terkesan mengenai arti dari senyuman, itulah perkataan Elia Abu
Madhi, beliau berkata :
Orang berkata, “Langit selalu
berduka dan mendung.”
Tapi aku berkata, “Tersenyumlah,
cukup duka cita dilangit sana.”
Orang berkata, “Masa muda telah
berlalu dariku.”
Tapi aku berkata, “Tersenyumlah,
bersedih menyesalai masa muda tak kan pernah mengembalikannya.”
Orang berkata, “Langit yang ada
didalam jiwa telah membuatku merana dan berduka.
Janji-janji telah menghianatiku
ketika kalbu telah menguasainya.
Bagaimana mungkin jiwaku sanngup
mengembangkan senyum manisnya.”
Maka aku berkata, “Tersenyumlah dan
berdendanglah, kala kau membandingkan semua umurmu kan habis untuk merasakan
sakitnya.”
Orang lain berkata, “Perdagangan
selalu penuh intrik dan penipuan, ia laksana musafir yang akan mati karena
terserang rasa haus.”
Tapi aku berkata, “Tetap tersenyum,
karena engkau akan mendapatkan penangkal dahagamu.
Cukuplah engkau tersenyum, karena
mungkin hausmu akan sembuh dengan sendirinya.
Maka mengapa engkau harus bersedih
dengan dosa dan kesedihan orang lain, apalagi sampai engkau seolah-olah yang
melakukan dosa dan kesalahan itu?”
Orang berkata, “ Sekian hari raya
telah nampak tanda-tandanya seakan memerintahku untuk membeli pakaian dan
boneka-boneka. Sedangkan aku punya kewajiban bagi teman-teman dan saudara,
namun telapak tangan ku tak memegang walau hanya satu dirham adanya.”
Ku karakan : “Tersenyumlah,
cukuplah bagi dirimu karena Anda masih hidup, dan engkau tidak kehilangan
saudara-saudara dan kerabat yang engkau cintai.”
Orang Berkata. “malam meberiku
minuman ‘alqamah
Tersenyumlah, walaupun kau makan
bual ‘alqamah
Mungkin saja orang yang melihatmu
berdendang akan membuang semua kesedihan. Berdendanglah
Apa kau kira dengan cemberut akan
mendapatkan dirham atau kau merugi karena manampakan wajah berseri?
Saudaraku, tak mebahayakan bibirmu
jika engkau mencium juga tak membahayakan juka wajahmu tampak indah berseri
Tertawalah, sebab meteor-meteor
langit juga tertawa
Mendung tertawa, karenanya kami
mencintai bintang-bintang
Orang berkata, “Wajah berseri tidak
membuat dunia bahagia yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah.”
Ku Katakan, “Tersenyumlah, antara
kau dan kematian ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah
tersenyum.”
Jadi kawan tersenyumlah untuk mengalahkan segala kesedihan, kekecewaan dan
kegelisahan dalam diri kita. Karena masih banyak keindahan yang terdapat dalam
kehidupan ini. Kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka
pintunya untuk Anda dan untuk siapa saja.
La Tahzan : 55-62
Tidak ada komentar:
Posting Komentar