Jumat, 29 April 2011

TERSENYUMLAH

              
             

Mungkin hari ini adalah bukan hari keberuntungan saya, kesal, bingung dan sedih terus menyelimuti hati ini, rasanya enggan untuk berbuat sesuatu meskipun untuk mengembangkan sebuah senyuman. Namun ketika saya terdiam, tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah buku yang tergeletak di kamar, inilah buku yang selalu menjadi motivasi bagi saya, La Tahzan karangan Dr. ‘Aidh al-Qarni, jemari saya terus menelusuri halaman demi halaman hingga sampailah saya pada judul TERSENYUMLAH.
                Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa muram durja dan muka masam adalah cerminan jiwa yang galau, pikiran yang kacau, dan kepala yang rancau balau. Sebaliknya, Jiwa seseorang yang murah senyum justru akan menikmati kesulitan itu dengan mamacu diri untuk mengalahkannya. Dalam Faidul Kathir, Ahmad Amin menjelaskan demikian : “Orang yang mudah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang  paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.”
Dalam buku tersebut juga terdapat perkataan yang membuat saya terkesan mengenai arti dari senyuman, itulah perkataan Elia Abu Madhi, beliau berkata :

Orang berkata, “Langit selalu berduka dan mendung.”
Tapi aku berkata, “Tersenyumlah, cukup duka cita dilangit sana.”
Orang berkata, “Masa muda telah berlalu dariku.”
Tapi aku berkata, “Tersenyumlah, bersedih menyesalai masa muda tak kan pernah mengembalikannya.”
Orang berkata, “Langit yang ada didalam jiwa telah membuatku merana dan berduka.
Janji-janji telah menghianatiku ketika kalbu telah menguasainya.
Bagaimana mungkin jiwaku sanngup mengembangkan senyum manisnya.”
Maka aku berkata, “Tersenyumlah dan berdendanglah, kala kau membandingkan semua umurmu kan habis untuk merasakan sakitnya.”
Orang lain berkata, “Perdagangan selalu penuh intrik dan penipuan, ia laksana musafir yang akan mati karena terserang rasa haus.”
Tapi aku berkata, “Tetap tersenyum, karena engkau akan mendapatkan penangkal dahagamu.
Cukuplah engkau tersenyum, karena mungkin hausmu akan sembuh dengan sendirinya.
Maka mengapa engkau harus bersedih dengan dosa dan kesedihan orang lain, apalagi sampai engkau seolah-olah yang melakukan dosa dan kesalahan itu?”
Orang berkata, “ Sekian hari raya telah nampak tanda-tandanya seakan memerintahku untuk membeli pakaian dan boneka-boneka. Sedangkan aku punya kewajiban bagi teman-teman dan saudara, namun telapak tangan ku tak memegang walau hanya satu dirham adanya.”
Ku karakan : “Tersenyumlah, cukuplah bagi dirimu karena Anda masih hidup, dan engkau tidak kehilangan saudara-saudara dan kerabat yang engkau cintai.”
Orang Berkata. “malam meberiku minuman ‘alqamah
Tersenyumlah, walaupun kau makan bual ‘alqamah
Mungkin saja orang yang melihatmu berdendang akan membuang semua kesedihan. Berdendanglah
Apa kau kira dengan cemberut akan mendapatkan dirham atau kau merugi karena manampakan wajah berseri?
Saudaraku, tak mebahayakan bibirmu jika engkau mencium juga tak membahayakan juka wajahmu tampak indah berseri
Tertawalah, sebab meteor-meteor langit juga tertawa
Mendung tertawa, karenanya kami mencintai bintang-bintang
Orang berkata, “Wajah berseri tidak membuat dunia bahagia yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah.”
Ku Katakan, “Tersenyumlah, antara kau dan kematian ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum.”

   Jadi kawan tersenyumlah untuk mengalahkan segala kesedihan, kekecewaan dan kegelisahan dalam diri kita. Karena masih banyak keindahan yang terdapat dalam kehidupan ini. Kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka pintunya untuk Anda dan untuk siapa saja.

La Tahzan : 55-62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers